Sritex Tutup: Dampak Signifikan bagi Ekonomi Nasional dan Lokal

admin

Foto: Ilustrasi Textil
Lubuk Linggau, 05 Maret 2025-Pada 1 Maret 2025, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu raksasa industri tekstil Indonesia, resmi menghentikan operasionalnya. Keputusan ini menandai berakhirnya perjalanan panjang perusahaan yang berdiri sejak 1966 dan telah menjadi tulang punggung industri tekstil nasional. Penutupan Sritex tidak hanya mempengaruhi ribuan karyawan yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga memberikan dampak luas terhadap perekonomian nasional dan lokal.
Landasan Penutupan Sritex
Sritex mengalami krisis keuangan yang memuncak pada Oktober 2024 ketika perusahaan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Krisis ini dipicu oleh utang yang mencapai $1,6 miliar per Juni 2024, melemahnya permintaan global, dan persaingan dengan produk impor murah. Meskipun upaya restrukturisasi utang telah dilakukan, Sritex tidak mampu mengatasi tekanan finansial, yang akhirnya memaksa perusahaan menghentikan operasionalnya.
Dampak Terhadap Tenaga Kerja
Penutupan Sritex mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 10.965 karyawan. Rinciannya, 8.504 karyawan di PT Sritex Sukoharjo, 956 karyawan di PT Primayuda Boyolali, 40 karyawan di PT Sinar Panja Jaya Semarang, dan 104 karyawan di PT Bitratex Semarang. PHK massal ini tidak hanya mempengaruhi para pekerja, tetapi juga keluarga mereka yang bergantung pada penghasilan tersebut, sehingga meningkatkan angka pengangguran dan menurunkan daya beli masyarakat.
Dampak Ekonomi Lokal
Sebagai perusahaan besar yang beroperasi di Sukoharjo, Jawa Tengah, penutupan Sritex memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian lokal. Hilangnya ribuan pekerjaan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat, yang pada akhirnya melemahkan konsumsi dan menggerus bisnis lokal, seperti toko, restoran, serta penyedia layanan lainnya. Penurunan aktivitas ekonomi ini juga berimbas pada berkurangnya pendapatan pajak daerah, yang dapat menghambat penyediaan layanan publik dan pembangunan infrastruktur.
Dampak Terhadap Industri Tekstil Nasional
Penutupan Sritex menambah panjang daftar pabrik tekstil yang tutup dalam lima tahun terakhir. Fenomena ini menandakan lemahnya daya saing industri tekstil Indonesia secara keseluruhan. Meskipun sektor ini berkontribusi sebesar 6% terhadap industri manufaktur dan 1,2% terhadap PDB pada tahun 2020, performanya mengalami tren penurunan. Pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi yang mencapai 4,7% pada periode 2010–2019 tampaknya belum cukup untuk menahan keterpurukan. Sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja signifikan, dengan 2,9 juta orang yang terdiri dari pekerja tekstil dan pakaian jadi pada tahun 2018, runtuhnya kinerja industri ini berdampak langsung pada ekonomi domestik.
Faktor Penyebab Penutupan Sritex
Beberapa faktor utama yang menyebabkan penutupan Sritex antara lain:
- Kebijakan Impor: Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 yang mempermudah impor tekstil, terutama dari China, menyebabkan pasar domestik dibanjiri produk murah yang dijual di bawah biaya produksi lokal atau praktik dumping.
- Kondisi Pasar Global: Krisis ekonomi dunia dan ketidakstabilan geopolitik, seperti perang Rusia-Ukraina, menekan permintaan ekspor tekstil dari Indonesia, sehingga industri yang bergantung pada pasar internasional seperti Sritex mendapatkan pukulan berat.
- Kenaikan Biaya Produksi: Kenaikan upah buruh dan harga energi di dalam negeri semakin membebani industri padat karya yang sudah tertekan oleh faktor-faktor eksternal tersebut.
Tantangan Bagi Industri Tekstil Nasional
Penutupan Sritex menandakan tantangan serius bagi industri tekstil nasional. Fenomena ini menunjukkan tren deindustrialisasi yang terjadi di sektor padat karya. Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan penurunan signifikan dalam jumlah karyawan di sektor tekstil, dari sekitar 1,2 juta pada tahun 2015 menjadi hanya 957.000 pada tahun 2024. Kontribusi terhadap PDB nasional juga menyusut dari 1,26% pada tahun 2019 menjadi hanya 0,97% pada tahun 2023.
Dampak Terhadap Ekonomi Nasional
Sebagai salah satu pengusaha terbesar di wilayahnya, Sritex selama ini menjadi tulang punggung pendapatan masyarakat setempat. Hilangnya ribuan pekerjaan akan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat, yang pada akhirnya melemahkan konsumsi dan menggerus bisnis lokal, seperti toko, restoran, serta penyedia layanan lainnya. Penurunan aktivitas ekonomi ini juga berimbas pada berkurangnya pendapatan pajak daerah
Dampak Terhadap Industri Pendukung dan UMKM
Penutupan Sritex tidak hanya berdampak pada karyawan langsung, tetapi juga pada industri pendukung dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi bagian dari rantai pasok perusahaan. Banyak pemasok bahan baku, penyedia jasa transportasi, dan pelaku UMKM yang bergantung pada operasional Sritex mengalami penurunan pendapatan atau bahkan terpaksa menghentikan usahanya. Hal ini menciptakan efek domino yang memperparah kondisi ekonomi lokal.
Respons Pemerintah dan Upaya Mitigasi
Pemerintah, melalui Wakil Menteri Ketenagakerjaan, menegaskan komitmennya untuk menjamin hak-hak buruh yang terdampak PHK massal di Sritex. Langkah-langkah yang diambil meliputi:
- Fasilitasi Pembayaran Pesangon: Memastikan karyawan menerima hak-hak mereka sesuai peraturan yang berlaku.
- Program Pelatihan dan Penempatan Kerja: Menyediakan pelatihan ulang dan bantuan penempatan kerja bagi pekerja terdampak untuk memudahkan transisi ke pekerjaan baru.
- Dukungan bagi UMKM: Memberikan insentif dan bantuan teknis kepada UMKM yang terdampak untuk menjaga kelangsungan usaha mereka.
Refleksi dan Pelajaran bagi Industri Tekstil Nasional
Kasus Sritex memberikan beberapa pelajaran penting bagi industri tekstil Indonesia:
- Pentingnya Manajemen Keuangan yang Prudent: Perusahaan harus menjaga rasio utang yang sehat dan mengelola risiko keuangan dengan bijak untuk menghindari kebangkrutan.
- Adaptasi terhadap Perubahan Pasar: Industri harus responsif terhadap perubahan permintaan global dan tren pasar untuk tetap kompetitif.
- Peningkatan Efisiensi Operasional: Mengadopsi teknologi dan praktik terbaik untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi.
- Diversifikasi Pasar dan Produk: Mengurangi ketergantungan pada segmen pasar tertentu dengan memperluas jangkauan produk dan target pasar.
Penutupan Sritex memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi nasional dan lokal, terutama dalam hal peningkatan pengangguran dan penurunan aktivitas ekonomi di wilayah terdampak. Kasus ini menyoroti tantangan yang dihadapi industri tekstil nasional dalam menghadapi persaingan global dan perubahan kondisi pasar. Diperlukan langkah-langkah strategis dari pemerintah dan pelaku industri untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sektor ini di masa mendatang.(Awd)
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
1. Apa penyebab utama penutupan Sritex?
Penutupan Sritex disebabkan oleh kombinasi krisis keuangan, utang yang menumpuk, melemahnya permintaan global, dan persaingan dengan produk impor murah.
2. Berapa jumlah karyawan yang terdampak PHK?
Sebanyak 10.965 karyawan terkena PHK akibat penutupan Sritex.
3. Bagaimana dampaknya terhadap ekonomi lokal?
Penutupan Sritex menurunkan daya beli masyarakat, melemahkan konsumsi, dan mengurangi pendapatan pajak daerah, yang semuanya berdampak negatif pada ekonomi lokal.
4. Apa langkah pemerintah dalam menangani dampak penutupan Sritex?
Pemerintah berkomitmen menjamin hak-hak buruh, menyediakan program pelatihan dan penempatan kerja, serta memberikan dukungan bagi UMKM yang terdampak.
5. Apa pelajaran yang bisa diambil dari kasus ini bagi industri tekstil nasional?
Pentingnya manajemen keuangan yang prudent, adaptasi terhadap perubahan pasar, peningkatan efisiensi operasional, dan diversifikasi pasar serta produk.
Bagaimana pendapat kalian tentang penutupan Sritex dan dampaknya terhadap perekonomian? Apakah Anda memiliki saran atau solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi industri tekstil nasional? Silakan bagikan pandangan Anda di kolom komentar dan jangan lupa membagikan artikel ini kepada rekan-rekan Anda.
Berita Populer
Lihat Semua
1
2
3
4
5
6
7
8
10
Politik & Hukum
Opini

Khazanah
Lihat Semua
1
2
3
4
5