Linggau juara & Linggau Tersenyum Jargon Atau Doubtful Positioning Dalam Pandangan Adnan Nursal
Andi Wiyanda
Foto: Linggau juara & Linggau Tersenyum
Oleh: Mukhlis Muhammad Isa.
Dosen Komunikasi Politik, STAI Lubuk linggau.
Pendahuluan
WIYANDA POST - Dalam dunia marketing dan branding, setiap kata, tagline, atau jargon memiliki peran penting dalam membangun citra. Hal ini menjadi pusat perhatian ketika kita membahas jargon dalam PILKADA Kota Lubuk Linggau Tahun 2024 “Linggau Juara” dan “Linggau Tersenyum.” Dalam pandangan Adnan Nursal, seorang ahli marketing dan branding, apakah kedua jargon ini benar-benar mencerminkan positioning yang kuat atau justru merupakan jargon yang penuh keraguan? Mari kita telusuri lebih dalam dan mengeksplorasi sudut pandang Adnan Nursal terkait efektivitas jargon ini dalam meningkatkan citra Kota Lubuklinggau.
Kota Lubuklinggau, yang berada di Sumatera Selatan, dalam konteks Pilkada di kota Lubuk Linggau tahun 2024 - 2029, yang sedang berproses saat ini telah meluncurkan dua jargon utama dalam upaya membangun citra dan mengembangkan potensi daerah "Linggau Juara" dan "Linggau Tersenyum" ada dua slogan yang diusung calon walikota Lubuk Linggau yang akan memimpin pemerintah kedepan yang mana untuk meningkatkan daya tarik kota ini di mata masyarakat dan investor. Namun, tidak semua pihak sependapat dengan efektivitas jargon ini. Dalam tulisan ini, kita akan membedah apakah jargon tersebut benar-benar relevan atau malah menciptakan posisi yang meragukan.
Baca Juga: Kemenangan Semu di Pilkada Lubuk Linggau 2024.
Apa Itu "Linggau Juara" dan "Linggau Tersenyum"?
Penulis Awali dengan " Mengutip buku " Rocky Gerung ; Obat Dungu Resep Akal Sehat", gambaran Kemiskinan di Kota
(Shum- Community) merupakan Masalah Jamak yang di hadapi Negara berkembang. Apa lagi di Kota Lubuk Linggau yang merupakan kota transit yang sedang berkembang menuju Maju, Sehinggga di hadap kan dengan Isu Strategis Akan menjadi Ibu kota Propinsi DOB bila terwujud, tentunya Tingkat Urbanisasi yang tak berimbang dengan Fasilitas sosial seperti lapangan pekerjaan dan pada akhirnya melahirkan pengangguran dan komunitas komunitas miskin sehingga akan timbul ketimpangan secara Sosio & Ekonomi dan Hal seperti ini akan menjadi PR pemerintah (Kepala Daerah Terpilih) yang harus di tuntas kan.
Sebelum masuk ke pandangan Adnan Nursal, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan kedua jargon tersebut.
Linggau Juara: Sebuah jargon yang mengedepankan semangat kemenangan dan keunggulan. Ini akan mencerminkan Pemerintah daerah kedepan yang ingin menunjukkan bahwa Lubuklinggau adalah kota yang berprestasi di berbagai bidang, baik dari segi pembangunan infrastruktur, pendidikan, hingga kesejahteraan sosial.
Linggau Tersenyum: Jargon ini mencoba menampilkan sisi ramah dan bersahabat dari kota tersebut. Dengan slogan ini, diharapkan bahwa Lubuklinggau dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi warganya dan para pendatang.
Kedua jargon ini jelas memiliki tujuan yang positif, namun menurut pandangan Adnan Nursal, tidak semua slogan membawa dampak yang diharapkan, terutama jika tidak diimbangi dengan strategi komunikasi dan branding yang kuat.
Dalam kontelasi Pilkada di kota lubuk linggau tahun 2024 - 2029, yang sedang berproses saat ini, Tampil head to head Calon kepala daerah yang hadir dengan jargon serta membangun Opini publik dengan istilah Linggau Juara & Lingau tersenyum.
Penulis menyakini serta Haqkul yakin bahwa Product Politik yang di tawar kan kepada Publik dan push marketing sesuai dengan aspirasi pemilih, dan berharap semua itu bukan jargon saja itu lah yang di ungkap kan Peter, Olson & Kotler ( Dalam Buku ; Teori 2 Politik ) tapi juga mengarah kepada hal yang lebih Makro yang akan di realisasi bila saat nanti terpilih sehingga Apa yg di sampai kan oleh Nesbet & Feldmen " 2011,' Peran Komunikasi politik", yang terpilih akan memberikan dampak nyata (Positif) pada Dinamika Kekuasaan dalam Masyarakat pada Umum nya tanpa pengecualian di kota Lubuk Lingggau.
Kembali kepada opini publik yang di bangun oleh setiap kandidat baik itu dengan jargon Linggau Tersenyum & Linggau Juara dengan subtansi programnya yang pro rakyat, penulis menyakini bak kacang goreng yang telah di kunyah dengan lahap oleh sebagian kaum euforia pemegang janji seperti hal nya Pantai buatan yang pernah terdogma oleh pemerintah sebelum nya , sehingga menjadi hal yang pasih untuk di tagih oleh masyarakat.
Pandangan Adnan Nursal: Jargon atau Positioning yang Meragukan?
Adnan Nursal berpendapat bahwa menciptakan jargon tanpa diiringi dengan strategi positioning yang tepat justru bisa menjadi boomerang bagi citra sebuah daerah. Berikut adalah beberapa poin penting dari sudut pandang Adnan Nursal terkait jargon "Linggau Juara" dan "Linggau Tersenyum":
Konsistensi Branding Menurut Nursal, salah satu kelemahan utama dari jargon seperti ini adalah seringkali tidak ada kesinambungan antara slogan dengan realitas di lapangan. Jika branding yang diusung tidak mencerminkan kondisi nyata dari kota tersebut, publik akan dengan cepat merasa skeptis. Apakah Lubuklinggau benar-benar “juara” dalam berbagai bidang yang mereka usung? Apakah warga dan wisatawan benar-benar merasakan keramahan yang ditonjolkan melalui "Linggau Tersenyum"? Konsistensi antara pesan dan kenyataan inilah yang menurut pandangan Nursal sering kali menjadi tantangan besar.
Daya Tarik Jargon Jargon yang kuat adalah yang mampu memikat perhatian sekaligus mudah diingat oleh masyarakat. Menurut data riset pemasaran, sebuah slogan idealnya tidak hanya mampu menanamkan kesan positif tetapi juga memberikan kejelasan tentang apa yang ditawarkan. Dalam hal ini, padangan Adnan Nursal melihat "Linggau Juara" dan "Linggau Tersenyum" harus memiliki elemen daya tarik yang cukup untuk meninggalkan kesan mendalam. Masyarakat membutuhkan bukti nyata atas klaim tersebut, bukan sekadar kata-kata manis.
Kredibilitas dan Realitas Menurut pandangan Adnan, positioning yang baik haruslah berdasarkan realitas yang dapat dibuktikan. Dengan kata lain, slogan seperti "Linggau Juara" dan “Linggau Tersenyum” akan lebih efektif jika memang diiringi dengan pencapaian-pencapaian signifikan yang akan diakui secara luas. Sebagai contoh, jika Lubuk Linggau berprestasi di bidang pendidikan atau pariwisata, hal ini harus dikomunikasikan dengan lebih kuat dalam upaya branding. Jangan sampai, jargon besar justru menciptakan ekspektasi tinggi tanpa diiringi oleh realitas yang memadai, yang akhirnya membuat posisi merek kota menjadi diragukan.
Penyampaian Pesan yang Tepat Jargon atau slogan seperti ini tidak cukup hanya disampaikan melalui baliho atau media sosial. Dalam pandangan Nursal menekankan pentingnya eksekusi kampanye branding yang mendalam dan berkelanjutan. Dalam hal ini, strategi komunikasi harus melibatkan semua lapisan masyarakat, Kota Lubuk Linggau. Tanpa kampanye yang kuat dan terarah, slogan ini hanya akan terdengar seperti jargon kosong.
Keunikan dan Daya Saing Kota Lubuk Linggau juga akan bersaing dengan kota, dan Kabupaten lain khusus yang ada di Sumatera Selatan, dan juga secara Nasional, pandangan Adnan Nursal menyoroti bahwa jargon yang efektif harus mampu menggambarkan keunikan dari kota tersebut. Namun, baik "Linggau Juara" maupun "Linggau Tersenyum" harus mencerminkan keistimewaan Kota Lubuk Linggau Dibandingkan kota lain. Dalam dunia yang semakin kompetitif, sebuah positioning yang kuat harus memiliki keunikan dan daya tarik yang tak dimiliki kota lain.
Mengutip juga dari buku " Dinamika Politik Lokal, Konsep dasar & Implementasinya "Dr , H Amin Ibrahim , Drs., MA." Ada kalangan Kelas bawah Politik lokal lazim juga di sebut masyarakat dimana Stratifikasi yang harus mendapat kan prioritas adagium pembangunan yang besar, baik secara Moril maupun Materil.
Membangun Jargon yang Kuat: Belajar dari Kota Lain
Adnan Nursal memberikan contoh kota-kota di Indonesia yang berhasil membangun citra kuat melalui jargon yang tepat. Kota seperti Yogyakarta dengan slogannya "Jogja Istimewa" atau Banyuwangi dengan "The Sunrise of Java" adalah bukti bahwa sebuah slogan harus didukung oleh identitas yang jelas dan pencapaian yang nyata. Yogyakarta, misalnya, berhasil menampilkan citra sebagai kota budaya yang "istimewa" karena kaya akan sejarah dan tradisi. Hal ini terwujud dalam daya tarik wisatanya yang kuat.
Sebaliknya, pandangan Nursal menyoroti bahwa setiap kota dan kabupaten yang ada di Nusantara ini perlu memperkuat elemen yang benar-benar membuatnya unik, bukan sekadar menonjolkan keramahan atau prestasi generik. Masyarakat ingin melihat apa yang membedakan dari kota tersebut dan apa yang membuatnya layak untuk dikunjungi atau diinvestasikan
Hal ini lah yang penulis variabel kan dengan Doubtful Positioning dalam pendangan " Adnan Nursal ", dalam buku Mengenal Teori Teori Politik dari Sistem Politik dan Korupsi', Toni Adrianus Pito, & Efriza, Kemal Fasyah Di sana Adnan Nursal sangat & sangat Menekan kan
Pembuktian dari Product yang akan di tawarkan oleh kandidat. Dengan kata lain Jargon yang terpampang lebar di setiap Baleho yang tersebar akan menjadi nyata sehingga ke Sahian janji menjadi Sabda nyata sang Kepala Daerah Terpilih. Dalam pandangan Adnan Nursal, jargon seperti "Linggau Juara" dan "Linggau Tersenyum" membutuhkan strategi yang lebih kuat agar tidak hanya menjadi sekadar slogan. Kota Lubuk Linggau memiliki potensi besar, namun potensi ini harus dikomunikasikan dengan cara yang lebih terarah dan relevan bagi target audiens. Membangun positioning yang kuat memerlukan kerja keras, konsistensi, dan bukti nyata dari keunggulan yang diusung.
Penulis | : | Mukhlis Muhammad Isa | |
Pekerjaan | : | Dosen Komunikasi Politik, STAI Lubuk linggau |
Berita Populer
Lihat Semua1
2
3
4
5
6
7
8
Tren Investasi Instrumen Ekuitas PSAK 2024: Apa yang Baru?
September 10, 20249
10
Opini
Politik & Hukum
Lihat SemuaPeringatan Darurat Garuda Biru MK 2024 Fitur, Keunggulan, dan Pengalaman Pengguna
Temukan ulasan lengkap Peringatan Darurat Garuda Biru MK, dari fitur utama hingga pengalaman pengguna, dan pelajari cara meningkatkan keamanan Anda.
Pilkada 2024: Jagoan Baru Lubuk Linggau Muncul Kuat
Penasaran dengan tim pemenang baru di Pilkada Lubuklinggau 2024? Temukan fakta menarik dan potensi mereka di sini. Jangan lewatkan info penting ini!
Pilkada & Kekuasaan Etika Berpolitik di Tengah Kepentingan Abadi dan Kedaulatan Hukum
Pilkada menguji etika berpolitik, dari musuh jadi kawan hingga memperoleh kekuasaan sebagai bukti demokrasi. Klik untuk tahu lebih!
Khazanah
Lihat Semua1
2
3
4
5