Forum Pemuda Sumsel Batch II Bahas Pertambangan Minerba dan Migas di Sumsel

Lubuk Linggau- Wiyanda Post: Sumatera Selatan menjadi salah satu wilayah dengan potensi besar dalam industri pertambangan mineral dan batubara (minerba) serta minyak dan gas bumi (migas). Pada acara South Sumatra Youth Leader Forum Batch II, topik ini kembali dibahas secara mendalam. Forum ini memberikan kesempatan bagi para pemimpin muda untuk berdiskusi tentang berbagai tantangan, peluang, serta masa depan pengelolaan sumber daya alam di wilayah tersebut.

Sesi forum ini berfokus pada keterlibatan pemuda dalam upaya menciptakan pengelolaan yang lebih bertanggung jawab, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.

Urgensi Pertambangan Minerba dan Migas di Sumatera Selatan

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi penghasil migas dan minerba terbesar di Indonesia. Sektor ini berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan daerah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh industri tersebut, terutama terkait dengan eksploitasi yang tidak berkelanjutan. Diskusi dalam forum ini mengangkat isu-isu seperti ketergantungan terhadap sumber daya alam, pengelolaan limbah tambang, serta kebutuhan untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam operasional pertambangan.

Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertambangan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Sumatera Selatan mencapai lebih dari 20%. Namun, dengan semakin meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan, tantangan baru muncul bagi industri ini untuk menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi dan tanggung jawab sosial serta lingkungan.

Pemuda sebagai Penggerak Perubahan

Dalam forum ini, peran pemuda sebagai agen perubahan diakui sangat penting. Para peserta diskusi, yang terdiri dari berbagai kalangan pemuda, menyepakati bahwa generasi muda harus dilibatkan secara lebih aktif dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pertambangan di Sumsel. Mereka dianggap memiliki potensi besar dalam memperkenalkan inovasi-inovasi baru yang dapat mengurangi dampak negatif dari aktivitas penambangan.

Salah satu contoh inovasi yang bisa diterapkan adalah penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam proses ekstraksi migas dan minerba. Teknologi ini tidak hanya dapat mengurangi emisi karbon, tetapi juga mampu meningkatkan efisiensi operasi, sehingga potensi ekonomi dapat tetap dimaksimalkan tanpa merusak lingkungan.

Baca Juga: Kombinasi Bisnis di Bawah PSAK 22.

Tantangan Kebijakan dan Regulasi

Walaupun ada optimisme terkait peran pemuda, tantangan terbesar yang dihadapi adalah kurangnya regulasi yang tegas dan berkeadilan dalam mengelola sektor ini. Saat ini, masih ada keluhan tentang implementasi kebijakan yang tidak konsisten, terutama dalam hal penegakan aturan lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Regulasi yang kuat dan komprehensif sangat diperlukan untuk mendorong praktik pertambangan yang lebih bertanggung jawab.

Forum ini juga menyarankan peningkatan transparansi dan partisipasi publik dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya alam. Keterlibatan masyarakat lokal dan pemuda dalam proses pengawasan dan evaluasi dampak lingkungan dianggap dapat meminimalisir potensi konflik sosial yang sering muncul akibat aktivitas pertambangan.

Membangun Kerjasama Multisektor

Selain itu, forum juga menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam mendorong pengelolaan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan. Pemerintah daerah diharapkan dapat menyediakan kebijakan yang proaktif dalam menciptakan iklim investasi yang sehat, namun tetap memprioritaskan keberlanjutan lingkungan.

Salah satu solusi yang diusulkan adalah pengembangan program pelatihan untuk pemuda lokal yang berfokus pada keterampilan teknis dan manajemen di sektor pertambangan. Dengan demikian, selain meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, hal ini juga dapat mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja luar daerah dan memberikan kesempatan ekonomi yang lebih merata bagi masyarakat lokal.

Statistik dan Data Terkini,  Berdasarkan data terbaru, produksi migas Sumatera Selatan pada 2023 mencapai 70.000 barel per hari, sedangkan sektor pertambangan batubara memproduksi lebih dari 15 juta ton batubara per tahun. Namun, laporan lingkungan dari Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) mengungkapkan bahwa aktivitas pertambangan di beberapa wilayah masih memicu kerusakan lahan dan pencemaran air.

Oleh karena itu, upaya perbaikan melalui program rehabilitasi lahan pasca-tambang menjadi sangat mendesak. Selain itu, peningkatan pengawasan terhadap aktivitas penambangan ilegal juga harus menjadi prioritas untuk memastikan bahwa semua operasi tambang mematuhi standar lingkungan yang berlaku.

Menuju Pertambangan yang Lebih Berkelanjutan

Dengan potensi besar yang dimiliki Sumatera Selatan, sektor pertambangan minerba dan migas tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi daerah tetapi juga memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian lingkungan. Partisipasi aktif pemuda, kebijakan yang tepat, serta inovasi teknologi menjadi kunci dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Forum seperti South Sumatra Youth Leader Forum menjadi langkah awal yang penting dalam memperkuat kolaborasi dan menemukan solusi-solusi baru untuk tantangan yang ada.(*)